Apa itu Paradigma ???
Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh
Thomas Kuhn (1962), dan kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970).
Menurut Kuhn, paradigma adalah cara mengetahui realitas sosial yang
dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu, yang
kemudian menghasilkan mode of knowing yang
spesifik. Definisi tersebut kemudian dipertegas oleh Friedrichs, sebagai suatu
pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok
persoalan yang semestinya dipelajari. Pengertian lain tentang paradigma
dikemukakan oleh George Ritzer (1980) yang menyatakan bahwa paradigma sebagai
pandangan yang mendasar dari para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok
persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang/disiplin ilmu
pengetahuan. Menurut wikipedia, paradigma adalah kumpulan masalah atau ide yang
menguatkan suatu keinginan.
Apa itu Kepribadian ???
Kepribadian memiliki banyak arti. Berikut ini pendapat para ahli
mengenai apa itu kepribadian.
• Koswara (1991) dalam pengertian
sehari-hari kepribadian adalah bagaimana individu menampilkandan menimbulkan
kesan bagi orang lain.
• Allport (1937) kepribadian adalah suatu
organisasi yang dinamis dari sistem-sistem psikofisis di dalam individu yang
menentukan penyesuaian yang khas terhadap lingkungannya.
• Maramis (1999) kepribadian adalah
keseluruhan pola pikiran,perasaan, dan perilaku yang sering digunakan seseorang
dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya.
• Freud yang dikutip Koswara (1991) kepribadian
adalah “suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem,yakni id,ego, dan
superego”
• Kusumanto Setyonegoro, kepribadian adalah
segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun di dalam dirinya dan yang
digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan dirinya terhadap segala rangsang,
baik yang datang dari lingkungannya (dunia luarnya), maupun yang berasal dari
dirinya sendiri (dunia dalamnya) sehingga corak perilakunya itu merupakan suatu
kesatuan fungsional yang khas bagi manusia itu.
Kepribadian memiliki yang namanya struktur
kepribadian. Menurut teori social-cognitive, struktur kepribadian individu
terdiri dari empat konsep utama yaitu competencies-skills, belief-expectancies,
evaluative standards, dan personal goal. Berikut ini adalah penjelasan dari keempat
konsep utama tersebut.
a. Compentencies-skills
Kompetensi atau skill
adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk menyelesaikan dan menghadapi
masalah dalam hidupnya. Kompetensi meliputi cara bepikir tentang masalah dalam
kehidupan dan kemampuan bertingkah laku dalam menyelesaikan masalah.
Perkembangan kompetensi kognitif dan tingkah laku juga turut mempengaruhi delay
gratification skill, kemampuan individu dalam menunda kepuasan impuls yang
tidak tepat secara social atau secara potential membahayakan diri sendiri.
b. Belief-expectancies
Sebuah pemikiran
melibatkan beliefs mengenai seperti apa dunia yang sesungguhnya dan seperti apa
masa depan. Ketika beliefs diarahkan pada masa depan maka disebut dengan
expectancies. Ekspektansi terhadap masa depan merupakan hal utama yang
menentukan bagaimana kita bertingkah laku.
c. Evaluative Standard dan Personal Goal
Goal atau tujuan
berkaitan dengan kemampuan individu untuk mengantisipasi masa depan dan untuk
memotivasi dirinya sendiri. Adanya tujuan dalam hidup dapat mengarahkan
individu untuk membuat prioritas
d. Evaluative Standards
Individu memiliki
evaluative standards yang merepresentasikan tujuan yang akan dicapai dan
landasan dalam mengharapkan reinforcement dari orang lain dan diri sendiri.
Evaluative standard yang melibatkan pemikiran mengenai sesuatu harus seperti
apa, yaitu kriteria mental untuk mengevaluasi baik atau buruknya suatu
peristiwa. Hal ini meliputi pengalaman akan emosi seperti malu, bangga, merasa
puas atau tidak puas terhadap dirinya.
Apa itu Psikologi Kepribadian Cognitive ???
Psikologi cognitive
adalah kajian studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikiran (the
scientific study of mental processes or activities). Bagaimana informasi
diperoleh, dipresentasikan dan ditransfermasikan sebagai pengetahuan. Psikologi
cognitive juga disebut psikologi pemrosesan informasi. Tingkah laku seseorang
didasarkan pada tindakan mengenal/memikirkan situasi dimana tingkah laku itu
terjadi.
Psikologi cognitive memiliki beberapa prinsip, yaitu :
1. Belajar aktif
2. Belajar lewat interaksi sosial
3. Belajar lewat pengalaman sendiri Di dalam dunia psikologi,mempelajari psikologi kognitif sangat diperlukan, karena :
1. Belajar aktif
2. Belajar lewat interaksi sosial
3. Belajar lewat pengalaman sendiri Di dalam dunia psikologi,mempelajari psikologi kognitif sangat diperlukan, karena :
• Cognitive adalah proses mental atau pikiran yang berperan
penting dan mendasar bagi studi-studi psikologi manusia.
• Pandangan psikologi cognitive banyak mempengarui bidang-bidang psikologi yang lain. Misalnya pendekatan cognitive banyak digunakan di dalam psikologi konseling, psikologi konsumen dan lain-lain.
• Melalui prinsi prinsip cognitive, seseorang dapat mengelola informasi secara efisien dan terorganisasikan dengan baik.
• Pandangan psikologi cognitive banyak mempengarui bidang-bidang psikologi yang lain. Misalnya pendekatan cognitive banyak digunakan di dalam psikologi konseling, psikologi konsumen dan lain-lain.
• Melalui prinsi prinsip cognitive, seseorang dapat mengelola informasi secara efisien dan terorganisasikan dengan baik.
Cognitive memiliki beberapa aspek diantaranya :
• Kematangan → Semakin bertambahnya usia, maka semakin bijaksana seseorang.
• Pengalaman → hasil interaksi dengan orang lain.
• Transmisi sosial → hubungan sosial dan komunikasi yang sesuai dengan lingkungan.
• Equilibrasi → perpaduan dari pengalaman dan proses transmisi sosial.
• Kematangan → Semakin bertambahnya usia, maka semakin bijaksana seseorang.
• Pengalaman → hasil interaksi dengan orang lain.
• Transmisi sosial → hubungan sosial dan komunikasi yang sesuai dengan lingkungan.
• Equilibrasi → perpaduan dari pengalaman dan proses transmisi sosial.
Apa
itu Psikologi Kepribadian Behavioristic ???
Teori belajar
behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik
dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat
bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Faktor lain yang
dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka
respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan
(negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
Beberapa prinsip
dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment;
(2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4)
Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The
Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Tokoh-tokoh aliran
behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie,
dan Skinner. Mereka berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikakan
oleh ganjaran (rewards) atau penguatan (reinforcment)dari
lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang
sangat erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulasintya.
Para guru sekolah
yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku murid-murid
merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa
sekarang, dan bahwa semua tingkah laku adalah hasil belajar. Kita dapat
menganalisa kejadian tingkah laku dengan jalan mempelajari latar belakang
penguatan (reinforcmet) pada tingkah laku tersebut.
1. Connectism Theory
Teori belajar ini
dikemukakan oleh Edward Thorndrik (1874-1949) yang kemudian berpengaruh
pada pendidikan dan pengajaran di Amerika Serikat. Thorndike berpendapat bahwa
belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan
respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.
Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar,
yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan
tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat
diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Ada tiga hukum
belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan
dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan
bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.
Meskipun aliran
behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan
bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike
ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000). Teori
ini sering pula disebut “Trial and Error learning”, individu yang
belajar melakukan kegiatan melalui proses “Trial and Error” dalam rangka
memilih respon yang tepat bagi stimulus tertentu. Ada beberapa hukum-hukum
dalam teori “Trial and Error” menurut Thorndike dalam hasil penelitiannya,
yaitu:
a.Law of Readiness
Hukum ini berpendapat
bahwa reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan untuk bertindak atau
bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan.
b.Law of Exercise
Hukum ini berpendapat
bahwa makin banyak dipraktekan atau digunakannya hubungan stimulus atau respon,
maka makin kuat hubungan itu. Praktek perlu disertai “reward”.
c.Law of Effect
Hukum ini
berpendapat, bilamana terjadi hubungan antara stimulus dan respon, dan
dibarengi oleh “State of Affairs” yang memuaskan, maka hubungan itu akan
menjadi lebih kuat. Bilamana hubungan dibarengi “State of Affairs” yang
mengganggu, maka kekuatan hubungan menjadi kurang.
Ada beberapa ciri-ciri belajar dengan menggunakan “Trial and Error”, yaitu: (a) ada motif pendorong aktifitas; (b) Ada berbagai respon terhadap situasi; (c) ada eliminasi respon-respon yag gagal atau salah ; dan (d) ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Ada beberapa ciri-ciri belajar dengan menggunakan “Trial and Error”, yaitu: (a) ada motif pendorong aktifitas; (b) Ada berbagai respon terhadap situasi; (c) ada eliminasi respon-respon yag gagal atau salah ; dan (d) ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
2. Conditioning Theory
Teori ini dikemukakan
dan dikembangkan pertama kali oleh John B. Watson di AS (1878-1958).
Watson berpendapat bahwa belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks
atau respon-respon bersyarat melalui stimulus penganti. Menurut Watson, manusia
dilahirkan dengan refleks dan reaksi-reaksi emosional berupa takut, cinta, dan
marah. Semua tingkah laku lainya terbentuk oleh hubungan-hubungan stimulus dan
respon yang baru melalui “conditioning”.
Salah satu percobaan
yang terkenal adalah percobaan terhadap anak umur 11 tahun “Albert” dengan
seekor tikus putih. Percobaan itu memiliki kesimpulan I bahwa rasa takut dapat
timbul tanpa dipelajari dengan proses ekstinksi, dengan mengulang stimulus
bersyarat tanpa dibarengi stimulus tak bersyarat. Sistem psikologi
behaviorisme ini merupakan transisi dari sistem sebelumnya. Psikologi
behaviorisme memaknai psikologi sebagai studi tentang perilaku dan sistem
ini mendapat dukungan kuat dalam perkembangannya di abad 20 Amerika Serikat.
Dalam pandangannya,
perilaku yang dapat diamati dan dikuantifikasi memiliki maknanya sendiri, bukan
hanya berfungsi sebagai perwujudan peristiwa-peristiwa mental yang
mendasarinya. Hal ini dikemukakan dalam makalahnya Watson berjudul “Psychology
as the Behaviorist Views It” dan dipublikasikan pada tahun 1913.
Watson mengusulkan
peralihan dari pemikiran radikal yang membahas perkembangan psikologi bedasarkan
kesadaran dan proses mental. Watson mendukung perilaku tampak yang dapat
diamati sebagai satu-satunya subjek pembahasan yang masuk akal bagi ilmu
pengetahuan psikologi. Sistem Watson yang memfokuskan pada kemampuan adaptasi
perilaku terhadap stimuli lingkungan, menawarkan ilmu psikologi yang positif
dan objektif dan pada tahun 1930 behaviorisme menjadi sistem dominan dalam
psikologi Amerika.
Watson sangat
berhasil dalam mengawali perubahan perkembangan psikologi. Sehingga
behaviorisme secara bertahap berkembang dari definisi awal watson menjadi behaviorisme
yang mencakup rangakaian aktivitas manusia dan infra manusia yang luas dan
dipelajari melalui beragam metodologi empiris. Psikologi behaviorisme sebagai
disiplin empiris yang mempelajari perilaku sebagai adaptasi terhadap stimuli
lingkungan. Inti utama behaviorisme adalah bahwa organisme mempelajari adaptasi
perilaku dan pembelajaran tersebut dikendalikan oleh prinsip-prinsip asosiasi. Pendekatan
empiris berdasarkan pengkajian asosiasi dalam psikologi behavioristik yang
secara umum mengikuti pendapat para filsuf inggris dan juga konsep locke
tentang kepasifan mental yang bermakna bahwa isi pikiran bergantung pada
lingkungan.
Psikologi
behaviorisme juga berfundamental pada
refleksiologi. Meskipun penelitian tentang perolehan refleks dilakukan sebelum
diterbitkannya tulisan-tulisan Watson, karena penelitian ini sebagian besar
dilakukan oleh peneliti berkebangsaan rusia seperti Ivan Petrovich Pavlov
(1849-1936). Tetapi kelompok ilmuwan rusia tersebut memberikan dampak besar
bagi behaviorisme setelah publikasi tulisan-tulisan Watson dan berperan sebagai
kekuatan untuk memperluas formulasi aslinya.
Pada tahun 1912 ia
menulis karya utamanya yang dikenal sebagai ‘behaviorist’s manifesto’, yaitu “Psychology as the Behaviorists Views it”. Dalam karyanya ini
Watson menetapkan dasar konsep utama dari aliran behaviorisme:
- Psikologi adalah cabang eksperimental dari natural sciene. Posisinya setara dengan ilmu kimia dan fisika sehingga introspeksi tidak punya tempat di dalamnya.
- Sejauh ini psikologi gagal dalam usahanya membuktikan jati diri sebagai natural science. Salah satu halangannya adalah keputusan untuk menjadikan bidang kesadaran sebagai obyek psikologi. Oleh karenanya kesadaran/mind harus dihapus dari ruang lingkup psikologi.
- Obyek studi psikologi yang sebenarnya adalah perilaku nyata.
Pandangan
utama Watson :
- Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R Psychology). Yang dimaksud dengan stimulus adalah semua obyek di lingkungan, termasuk juga perubahan jaringan dalam tubuh. Respon adalah apapun yang dilakukan sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi, juga termasuk pengeluaran kelenjar. Respon ada yang overt dan covert, learned dan unlearned
- Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku. Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting (lihat pandangannya yang sangat ekstrim menggambarkan hal ini pada Lundin, 1991 p. 173). Dengan demikian pandangan Watson bersifat deterministik, perilaku manusia ditentukan oleh faktor eksternal, bukan berdasarkan free will.
- Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson sederhana saja. Baginya, mind mungkin saja ada, tetapi bukan sesuatu yang dipelajari ataupun akan dijelaskan melalui pendekatan ilmiah. Jadi bukan berarti bahwa Watson menolak mind secara total. Ia hanya mengakui body sebagai obyek studi ilmiah. Penolakan dari consciousness, soul atau mind ini adalah ciri utama behaviorisme dan kelak dipegang kuat oleh para tokoh aliran ini, meskipun dalam derajat yang berbeda-beda. [Pada titik ini sejarah psikologi mencatat pertama kalinya sejak jaman filsafat Yunani terjadi penolakan total terhadap konsep soul dan mind. Tidak heran bila pandangan ini di awal mendapat banyak reaksi keras, namun dengan berjalannya waktu behaviorisme justru menjadi populer.
- Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, maka psikologi harus menggunakan metode empiris. Dalam hal ini metode psikologi adalah observation, conditioning, testing, dan verbal reports.
- Secara bertahap Watson menolak konsep insting, mulai dari karakteristiknya sebagai refleks yang unlearned, hanya milik anak-anak yang tergantikan oleh habits, dan akhirnya ditolak sama sekali kecuali simple reflex seperti bersin, merangkak, dan lain-lain.
- Sebaliknya, konsep learning adalah sesuatu yang vital dalam pandangan Watson, juga bagi tokoh behaviorisme lainnya. Habits yang merupakan dasar perilaku adalah hasil belajar yang ditentukan oleh dua hukum utama, recency dan frequency. Watson mendukung conditioning respon Pavlov dan menolak law of effect dari Thorndike. Maka habits adalah proses conditioning yang kompleks. Ia menerapkannya pada percobaan phobia (subyek Albert). Kelak terbukti bahwa teori belajar dari Watson punya banyak kekurangan dan pandangannya yang menolak Thorndike salah.
- Pandangannya tentang memory membawanya pada pertentangan dengan William James. Menurut Watson apa yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh seringnya sesuatu digunakan/dilakukan. Dengan kata lain, sejauhmana sesuatu dijadikan habits. Faktor yang menentukan adalah kebutuhan.
- Proses thinking and speech terkait erat. Thinking adalah subvocal talking. Artinya proses berpikir didasarkan pada keterampilan berbicara dan dapat disamakan dengan proses bicara yang ‘tidak terlihat’, masih dapat diidentifikasi melalui gerakan halus seperti gerak bibir atau gesture lainnya.
- Sumbangan utama Watson adalah ketegasan pendapatnya bahwa perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya. Jadi psikologi adaljah ilmu yang bertujuan meramalkan perilaku. Pandangan ini dipegang terus oleh banyak ahli dan diterapkan pada situasi praktis. Dengan penolakannya pada mind dan kesadaran, Watson juga membangkitkan kembali semangat obyektivitas dalam psikologi yang membuka jalan bagi riset-riset empiris pada eksperimen terkontrol.
REFERENSI :
http://www.psychologymania.com/2010/03/john-watson-tokoh-psikologi.htm http://trescent.wordpress.com/category/psikologi-kepribadian/
http://id.wikipedia.org/wiki/Paradigma_(disambiguasi)
http://psychologymania.wordpress.com/2011/07/10/teori-belajar-psikologi-kognitif/
http://makalahpsikologi.blogspot.com/2010/01/konseling-behavioral.htmlhttp://cicak69.wordpress.com/2008/10/31/konsep-konsep-dasar-psikologi-kognitif/